Minggu, 13 September 2015

Le Petit Prince, Le Syuja Prince

Sudah menjadi fenomena yang lazim apabila kita diberikan umur yang panjang maka kita akan melewati fase kehidupan dari anak – anak menjadi dewasa.
Yang pasti akan terjadi transformasi kehidupan dalam segi apapun pada saat proses tersebut berlangsung.

Saya mempunyai anak laki – laki yang saat ini berumur 2 tahun. Dan saya membayangkan bagaimana kehidupan dia pada saat dewasa kelak. Baik atau tidak kah dia, profesi apakah yang akan digelutinya nanti, sayang atau tidakkah dia kepada saya, masih menjadi  misteri bagi saya sekarang.

Saya melihat kehidupannya tanpa beban.Pola pikirnya sangat simple dimana dalam seketika langsung berhenti menangis pada saat keinginannya sudah terpenuhi.sungguh berbeda dengan orang dewasa yang terus menerus merasa kurang walaupun keinginannya sudah terpenuhi.


Orang dewasa terkadang lupa merasakan bagaimana indahnya memandang dunia dari sudut pandang anak-anak.  Hidup orang dewasa selalu identik dengan beban berat yang harus dipikulnya,terlebih bila teman lama yang bernama stress datang menghampiri.
Orang dewasa menjadi terlalu serius, terlalu monoton,terlalu arogan dan terlalu mengkritisi sesuatu.
terlampau serius inilah yang sepertinya hendak disindir oleh penulis  le Petit Prince,  Antoine de Saint-Exupéry yang diterbitkan pada tahun 1943.  
Sebuah kisah klasik berbahasa perancis yang sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa di dunia yang memiliki pesona tak lekang oleh waktu dan daya tarik melampaui batas usia dan kebangsaan.

le Petit Prince adalah sebuah kisah tentang diri manusia, manusia dewasa tepatnya.Digambarkan dengan kisah perjalanan sang pangeran kecil yang keluar dari planetnya yang kecil. Di planet yang kecil itu cuma ada 3 gunung yang kecil dan satu bunga mawar yang angkuh.
Suatu hari, pangeran kecil bosan dengan keangkuhan sang mawar, dan akhirnya dia menjelajah planet lain dan bertemu dengan berbagai macam orang dewasa.Pangeran kecil pergi ke 6 planet sebelum akhirnya menjejakkan kaki di bumi. Planet bernomor 325 hingga 330. Kenapa semua dinamai dengan angka? Karena orang dewasa menyukai angka.Planet 325 berisi seorang raja yang baginya dunia sangat sederhana, semua orang selain dirinya adalah rakyat. Planet 326 berisi orang angkuh yang hanya akan mendengarkan pujian. Planet 327 berisi seorang peminum yang minum untuk melupakan kalau dirinya malu karena minum. Planet 328 berisi seorang pengusaha yang kerjanya hanya menghitung bintang dan merasa memiliki bintang untuk dapat beli bintang. Planet 329 berisi seorang penyulut lampu yang terlalu taat pada perintah. Planet 330 berisi oleh seorang geografer, dan dialah yang merekomendasikan si pangeran kecil ke Bumi.Di Bumi, Pangeran Kecil jatuh di Afrika. Bumi merupakan planet terbesar yang ia datangi dan ia bingung karena tidak bertemu dengan siapa-siapa.Akhirnya ia bertemu dengan ular, makhluk yang menurutnya aneh karena tak lebih tebal daripada jari.
Lalu ia bertemu setangkai bunga, mendaki gunung yang jauh lebih besar dari pada gunung di planetnya,
Bertemu taman bunga mawar yang serupa dengan bunga mawar angkuh di planetnya,
Lalu bertemu rubah yang mengajarkan tentang sebuah ikatan, dan akhirnya ia bertemu dengan pilot yang pesawatnya jatuh, yaitu pencerita novel ini.
Walaupun genre novel ini adalah anak - anak, tapi bagi saya justru lebih cocok dibaca oleh orang dewasa. Inti dari novel ini adalah perbedaan cara pandang antara anak kecil yang masih polos dan orang dewasa yang sudah terkontaminasi yang hanya melihat sesuatu dari kulitnya saja serta rakus akan kekuasaan, pujian, dan harta. Ada juga yang tidak mementingkan itu, tapi terlalu fokus atas apa yang dilakukannya sehingga tidak ada waktu untuk dirinya sendiri dan menghargai yang ada di sekitarnya. Novel ini juga mengajarkan untuk lebih menghargai sebuah pertemanan yang tidak bisa dibeli..
Orang-orang dewasa menyukai angka. Ketika kau mendeskripsikan seorang teman baru kepada mereka, mereka tak pernah menanyakan padamu hal-hal yang penting.  Mereka tak pernah bertanya, ‘Seperti apa suaranya? Apa permainan favoritnya? Apakah da mengoleksi kupu-kupu?’ Bukannya bertanya begitu mereka malah menuntut ‘Berapa umurnya? Berapa banyak kakak dan adiknya?, Berapa beratnya?, berapa penghasilan ayahnya?”

 Bagi orang dewasa, yang terpenting adalah angka, angka, dan angka. Tidakkah Anda juga demikian? Kesibukan dunia kerja dan beragam tuntutan rumah tangga tanpa sadar telah mendorong kita untuk terlalu mengejar angka-angka yang sifatnya duniawi. Kita menjadi hanya memandang indah semua hal yang berkaitan dengan uang, jabatan, kekayaan, dan prestasi. Kita sudah lupa dengan keagungan di balik keindahan mawar yang tumbuh di pinggir jalan, tentang padang pasir maha luas yang membuktikan ke-Maha Luasan kekuasaan Sang Penciptanya.

Semoga, anak-anak tetap bersabar dengan para orang dewasa ini.
Dan buku ini masuk kategori recomended versi saya.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ariessbp.blogspot.com